Belakangan ini si bocil sedang senang bermain dengan mainan sejenis lego. Di sudut bermainnya, si lego ini disebar ke segala arah, kemudian diambil satu persatu dan disusunnya tinggi. Sejenak saya perhatikan, rupanya dia sedang belajar untuk menyusun si lego tersebut. Tangan mungilnya belum mahir untuk memasang potongan lego satu dengan lainnya, dan sepertinya dia tidak menyerah. Tidak hanya di rumah, ketika kami berkunjung ke rumah saudara sepupunya si bocil, dia pun menemukan lego di kotak mainan kemudian memainkannya juga. Mencoba berkali kali agar lego yang satu dengan yang lain bisa disusun. Dan ketika dia kesal karena salah satu lego panjang tak mau bersatu dengan lego pendek, dia memanggil 'mama mama mama' sambil memberikan lego itu pada saya, meminta pertolongan.
Saya kemudian memberitahunya cara memasang lego itu, matanya yang tajam memperhatikan ketika saya memberikan arahan dan pembelajaran. Memang tidak seketika itu juga dia bisa melakukannya dengan tepat seperti yang saya ajarkan, tetapi saya tahu dia belajar untuk menerapkannya walaupun tangannya belum mampu menuruti perintah otaknya. Ya, si bocil sudah belajar. Dia akan terus berlatih sampai bisa menerapkan arahan saya tadi dengan sempurna. Dan nanti bukan hanya lego yang bisa disusunnya dengan baik, tapi semua benda yang memerlukan ketelitian untuk disusun. Sadar atau tidak ini adalah salah satu pelajaran yang paling sederhana bagi kita para orang tua, tapi justru kebalikannya, sebuah pelajaran berharga untuknya.
Sebenarnya bukan hanya 'apa saja yang kita ajarkan' kepada si kecil tetapi 'apa saja yang kita lakukan', dia sudah menyimpannya dalam memorinya dan kemudian apabila ada kesempatan pasti dia akan mempraktekkannya. Si kecil akan meniru kita. Si kecil saya yang kini usianya menginjak 28 bulan sudah menjadi peniru yang hebat. Apa bukti?
Saya selalu menutup botol susunya ketika dia sudah menghisap habis susu yang dimintanya. Dan ketika dia minta dibuatkan sebotol susu, lalu saya memberikannya, tak ketinggalan dia pasti meminta tutupnya juga. Jika susu di botolnya sudah habis, dia akan mengembalikan botolnya beserta tutupnya kepada saya. Dan bukan itu saja, ketika setiap dia akan tidur dan susu botolnya sudah habis, dia mengembalikan botolnya dan saya kemudian meletakkan botol kosong disebelah bantal saya. Sekali lagi dia memperhatikannya, sehingga setiap selesai menenggak habis susunya, botolnya pun langsung diletakkan disebelah bantal saya dan tak lagi dikembalikannya.
Begitu juga dengan susu ultra kesukaannya. Awalnya saya mengajarkan agar membuang ke tempat sampah bungkus kosong setelah diminumnya habis. Dan sekarang tak perlu lagi diminta, setiap habis meminumnya si bocil selalu berlari menuju tempat sampah di dapur untuk membuang kotak kosongnya.
Hal yang sama juga terjadi pada sandal dan sepatu yang harus dilepaskan di depan pintu ketika akan masuk ke rumah, dan si bocil pun menerapkannya dengan sangat baik.
Sewaktu dia berbaris menunggu giliran untuk menyanyi demi mendapatkan stiker kecil yang nantinya ditempel ditangannya ketika di sekolah minggu, dia diajarkan untuk mengantri.
Hal-hal kecil seperti ini secara sadar ataupun tidak, saya dan anda membentuk kualitas pribadi anak-anak kita bukan?
Apapun yang dilakukan orang tuanya kepada orang lain, sikapnya, caranya berbicara, bahkan cara berjalan dan kebiasaannya pun seorang anak dapat merekamnya dalam-dalam kemudian secara tidak sadar semua itu akan membentuk kepribadiannya di kemudian hari. Dan saya bersyukur selama 24 jam sehari selalu mendampinginya mempelajari banyak hal.
Lalu bagaimana dengan para mama yang bekerja? Anak-anaknya pasti akan mendapat pengajaran dari para pengasuhnya, misalnya saja asisten rumah tangga (ART). Pengalaman saya ketika si bocil dahulu hanya diasuh oleh ART, apabila terantuk sesuatu dia akan memukul barang yang membuatnya sakit. Pernah sewaktu berjalan di dekat meja dan tinggi meja itu hampir sama dengan tinggi badannya, dan dahinya terantuk daun meja dan itu membuatnya menangis kemudian secara reflek dia memukul meja seakan memarahinya. Apakah ini benar? Tidak! dan sepertinya ada yang salah dalam pengajaran ART saya. Dan saya menyerah, si bocil saya tidak boleh tumbuh dengan pengajaran seperti ini berlarut-larut. Cikal bakal sebuah defens yang buruk. Berhati-hati dengan ART bukan suatu hal yang kecil. Sekarang ini seorang ART memang perlu pengawasan khusus.
Peran nenek atau kakek pun tidak bisa menggantikan peran orang tua, dalam hal ini peran mama. Semua orang yang mempunyai cucu pasti akan lebih memanjakan cucunya tersebut dibanding dengan anaknya. Dan anak kecil ini cenderung akan lebih memilih berlindung kepada yang tidak pernah berkata dengan nada yang keras kepadanya. Dia akan tumbuh menjadi orang yang suka menghindar dari permasalahnnya, dan bukan malah menghadapinya.
Selama ini saya sudah mengamati tetangga saya dengan permasalahan seperti ini. Memang ketiadaan papanya sebagai kepala keluarga harus membuat mamanya bekerja siang malam demi mencukupi kebutuhan rumah tangga - full working mommy. Tetapi apakah bisa dibenarkan jika weekend pun digunakan untuk bekerja? Menanggalkan semua kualitasnya sebagai 'mama' yang sebenarnya.
Setiap perilaku kita yang baik ataupun kurang baik, semuanya diserap oleh memori si kecil. Dan ketika kesempatan itu datang dia akan melakukannya persis sama dengan yang telah kita lakukan sebelumnya.
Dan kenyataannya waktu itu begitu sangat berharga. Ketika waktu kecil ini berlalu, tak akan ada lagi kesempatan kita untuk mengulangnya. Dan, ketika bocil sudah beranjak dewasa, yang tertinggal hanyalah kenangan yang indah atau sebuah penyesalan yang tiada akhir. Menjadi full time mommy ataupun working mommy sama-sama harus menjaga kualitas waktu yang baik untuk anak-anak kita, demi kualitas kepribadian mereka, bekal masa depannya.
0 comments:
Post a Comment